Saat ini, ASEAN pun telah bekerja sama dengan 3 negara
lainnya yaitu Jepang, Korsel, dan RRC yang dikenal sebagai ASEAN + 3. Ada
beberapa faktor mengapa ASEAN melakukan kerjasama dengan ketiga negara
tersebut, diantaranya :
1. Jepang
Jepang sangat diharapkan dalam mengambil peran ekonomi
yang lebih tegas. Di sisi lain, Jepang sendiri terlihat pasif dalam peran
kekuatan politik dan militer karena masih ada rival yang kuat yaitu RRC. Jepang
masih mengganggap bahwa kedaulatan suatu negara sebagai faktor yang paling penting.
Kepentingan Jepang di kawasan laut cina selatan pun membuat negara itu berupaya
merangkul negara Asia Tenggara untuk meredam pengaruh RRC.
Dalam KTT ASEAN – Jepang kesepakatan kerjasama berupa Vision Statement on ASEAN-Japan
Friendship and Cooperation atau Tokyo Vision. Tokyo Vision mempunyai arti
strategis bagi kedua kawasan pada masa depan berupa peningkatan: kerja sama
keamanan dan stabilitas (partner for peace and stability), kesejahteraan
(partner for prosperity) mutu kehidupan (partner for quality of life), dan
kerja sama dari hati ke hati (heart to heart partner).
2. RRC
Kontur dimensi multipolar yang kian kompleks
mengharuskan tiap negara anggota ASEAN untuk adaptif terhadap dinamika
geopolitik dan geostrategi kawasan. Seperti pada peningkatan kemampuan militer
RRC yang oleh Amerika Serikat pun dipandang sebagai sebuah ancaman.
International Role RRC telah terbuka lebar dengan diundangnya modal dan
teknologi dari Barat dan Jepang. RRC tampaknya akan terus mempertahankan
kepentingan dan strategic influence mereka di kawasan ASEAN baik secara politik
maupun militer.
Ada keprihatinan mengenai tindakan RRC beberapa tahun
yang lalu di Kepulauan Spratley. Pengembangan lembaga-lembaga keamanan yang
lebih kuat di kawasan sangat diperlukan. Di bidang ekonomi dan industri,
langkah RRC yang mendorong warganya bermigrasi dari daerah pedesaan ke
kota-kota untuk menciptakan 270 juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan patut
diapresiasi. Kepentingan utama RRC terhadap negara-negara Asia terfokus pada
pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRC, untuk diakui sebagai kekuatan
Asia yang besar juga sangat penting.
Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997 yang
menggambarkan terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat melawan
RRC, diceritakan bahwa pemicunya adalah serangan RRC ke Laut Cina Selatan dan
invasi militer RRC ke Vietnam. Walaupun novel tersebut adalah fiksi belaka,
namun tetap ada korelasinya dengan kondisi yang terjadi saat ini, dan ada
kemiripan dengan apa yang diungkapkan oleh pakar politik AS Samuel Huntington
dalam bukunya The Clash of Civilization.
3. Korea Selatan
Begitu juga dengan Korea Selatan, tidak dapat
dipungkiri bahwa perekonomian di negara tersebut sangat maju dan dilihat dari
kemitraan ASEAN dengan Korea Selatan berjalan dengan lancar seperti yang
dikatakan oleh Presiden Korea Selatan , Lee Myung Bak pada tahun 2009 bahwa
perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat dalam dua dekade terakhir
menjadi senilai US$ 90,2 miliar tahun lalu, kata Lee. Angka tersebut bahkan
diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada 2015.Dan berencana
untuk meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu melakukan pertukaran
budaya dan sebagainya .